Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada
tumbuhan. Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu
yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau menghambat pertumbuhan
atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat
mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.
Dengan menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang
disekresi oleh kelenjar ke aliran darah yang dapat mempengaruhi
perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh, sinyal kimia pada
tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan memberikan
definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa
kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat
mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus. Berbeda dengan
yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering
mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping
mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut
dengan zat pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang
diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
1. Lima tipe utama ZPT
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu
auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen (Tabel 1). Tiap
kelompok ZPT dapat menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok
ZPT mempengaruhi pertumbuhan, namun hanya 4 dari 5 kelompok ZPT tersebut
yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal diferensiasi
sel.
Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang
sangat sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi
sel target. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada
sel target untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat
pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangan sel.
Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan
perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara
mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan
seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular
seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim,
atau mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi
ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu
ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari
beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan.
Auksin : Mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan,
diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah; dominansi apikal;
fototropisme dan geotropisme.
Sitokinin : Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar; mendorong
pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan;
dan menunda penuaan.
Giberelin : Mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup,
pemanjangan batang dan pertumbuhan daun; mendorong pembungaan dan
perkembangan buah; mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar.
Asam absisat (ABA) : Menghambat pertumbuhan; merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air, memper-tahankan dormansi.
Etilenn : Mendorong pematangan; memberikan pengaruh yang berlawanan
dengan beberapa pengaruh auksin; mendorong atau menghambat pertumbuhan
dan perkembangan akar, daun, batang dan bunga. Meristem apikal tu-nas
ujung, daun muda, embrio dalam biji.
2. Peranan ZPT
2.1. Auksin
Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki
fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang.
Beberapa auksin dihasikan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA
(indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-chloroIAA
(4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid) dan beberapa
lainnya merupakan auksin sintetik, misalnya NAA (napthalene acetic
acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA (2-methyl-4
chlorophenoxyacetic acid) .
Gambar 2 menunjukkan pengaruh IAA terhadap pertumbuhan batang dan
akar tanaman kacang kapri. Kecambah yang diberi perlakuan IAA
menunjukkan pertambahan tinggi yang lebih besar (kanan) dari tanaman
kontrol (kurva hitam). Tempat sintesis utama auksin pada tanaman yaitu
di daerah meristem apikal tunas ujung. IAA yang diproduksi di tunas
ujung tersebut diangkut ke bagian bawah dan berfungsi mendorong
pemanjangan sel batang. IAA mendorong pemanjangan sel batang hanya pada
konsentrasi tertentu yaitu 0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut IAA
akan menghambat pemanjangan sel batang. Pengaruh menghambat ini
kemungkinan terjadi karena konsentrasi IAA yang tinggi mengakibatkan
tanaman mensintesis ZPT lain yaitu etilen yang memberikan pengaruh
berlawanan dengan IAA. Berbeda dengan pertumbuhan batang, pada akar
(kurva merah), konsentrasi IAA yang rendah (<10-5 g/l) memacu
pemanjangan sel-sel akar, sedangkan konsentrasi IAA yang tinggi
menghambat pemanjangan sel akar. Dari Gambar 2 dapat disimpulkan :
1. Pemberian ZPT yang sama tetapi dengan konsentrasi yang berbeda menimbulkan pengaruh yang berbeda pada satu sel target.
2. Pemberian ZPT dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan pengaruh yang berbeda pada sel-sel target yang berbeda.
Mekanisme kerja auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman
di atas dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai berikut : auksin
menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran
/pelenturan dinding sel. Seperti terlihat pada Gambar 3, auksin memacu
protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa
ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa
penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang
masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan
mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma.
Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan
akar, peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin
(Gambar 1) memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong
pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan
diameter batang. Selain itu auksin (IAA) sering dipakai pada budidaya
tanaman antara lain : untuk menghasilkan buah tomat, mentimun dan terong
tanpa biji; dipakai pada pengendalian pertumbuhan gulma berdaun lebar
dari tumbuhan dikotil di perkebunan jagung ; dan memacu perkembangan
meristem akar adventif dari stek mawar dan bunga potong lainnya.
2.2. Sitokinin
Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis).
Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal : kinetin,
zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin
alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar,
embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut
oleh xilem menuju sel-sel target pada batang.
Ahli biologi tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin dapat
meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel
tanaman. Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara
mengontrol dengan baik proses kemunduran yang menyebabkan kematian
sel-sel tanaman. Penuaan pada daun melibatkan penguraian klorofil dan
protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut oleh floem ke
jaringan meristem atau bagian lain dari tanaman yang membutuhkannya.
Daun kacang jogo (Phaseolus vulgaris) yang ditaruh dalam wadah berair
dapat ditunda penuaannya beberapa hari apabila disemprot dengan
sitokinin (Gambar 5b). Sitokinin juga dapat menghambat penuaan bunga dan
buah. Penyemprotan sitokinin pada bunga potong dilakukan agar bunga
tersebut tetap segar.
Pada tumbuhan, efek sitokinin sering dipengaruhi oleh keberadaan
auksin. Gambar 6 menunjukkan percobaan sederhana tentang interaksi
pengaruh auksin dan sitokinin. Kedua tanaman pada Gambar 6 ini memiliki
umur yang sama. Tanaman di sebelah kiri memiliki tunas ujung (tunas
terminal); sedangkan tanaman di sebelah kanan kuncup terminalnya sudah
dipotong. Pada tanaman di sebelah kiri, auksin yang diangkut dari kuncup
terminal ke batang memacu pertumbuhan memanjang batang sehingga tanaman
menjadi bertambah tinggi. Pada tanaman ini auksin menghambat
pertumbuhan tunas samping (tunas lateral/aksilar). Pada tanaman di
sebelah kanan karena tidak memiliki kuncup terminal, pengaruh menghambat
dari auksin terhadap pertumbuhan tunas aksilar tidak terjadi. Sitokinin
yang ditransportasikan dari akar ke batang mampu mengaktifkan
pertumbuhan tunas-tunas samping sehingga tanaman memiliki cabang yang
banyak dan menjadi rimbun. Pengetahuan tentang penggunaan sitokinin ini
dimanfaatkan oleh petani yang memproduksi pohon natal untuk menghasilkan
cabang-cabang yang menarik pada pohon tersebut.
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu
tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola
pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin
dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan
diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal
kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat
aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem
apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena
ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian
bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh
memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan
kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin
yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah
satu cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas,
misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam
jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan
sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi
antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.
2.3. Giberelin
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa
cendawan Gibberella fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi
penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia tersebut dinamakan Giberelin.
Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin dihasilkan
secara alami oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit
rebah kecambah ini akan muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh
cendawan Gibberella fujikuroi yang menghasilkan senyawa giberelin dalam
jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa
giberelin yang biasanya disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan
angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat diperoleh
dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung akar
dan tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi
oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif, tampaknya memerlukan
prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai
kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat pada tumbuhan ditemukan
juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah dijumpai pada
bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti
auksin pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi
sebagai prekursor pada sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan
pertumbuhan pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh yang
ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian
auksin dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat
memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil
akan tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada
tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis
tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m. Banyak tanaman yang secara genetik
kerdil akan tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga
terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya
auksin (Gambar 4). Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa memacu
pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan
pengaruh yang cukup luas. Salah satu efek utamanya adalah mendorong
pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya meningkatkan kerja
auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui
secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin, giberelin
akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan tanaman apel,
anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi.
Diketahui giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan buah anggur
tanpa biji pada varietas Thompson. Giberelin juga menyebabkan ukuran
buah anggur lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang di
dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak
tanaman. Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk
berkecambah seperti suhu rendah akan segera berkecambah apabila
disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji
merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik
yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia
dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan
mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan
cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman,
giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya
dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.
4. Asam absisat (ABA)
Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana tanaman
beradaptasi menjadi dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu, ABA
yang dihasilkan oleh kuncup menghambat pembelahan sel pada jaringan
meristem apikal dan pada kambium pembuluh sehingga menunda pertumbuhan
primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada kuncup untuk
membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa
ZPT ini menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur.
Nama tersebut telah popular walaupun para peneliti tidak pernah
membuktikan kalau ABA terlibat dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk
menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat
penting terutama bagi tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah
semiarid, karena proses perkecambahan dengan suplai air terbatas akan
mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan diketahui
mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya
bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman
setahun tetap dorman di dalam tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar
dari biji. Sebagai contoh, tanaman dune primroses (bunga putih) dan
tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza – Borrego (California),
biji-bijinya akan berkecambah setelah hujan deras .
Sebagamana telah dibahas di atas bahwa giberelin juga berperan dalam
perkecambahan biji. Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin
menentukan apakah biji akan tetap dorman atau berkecambah. Hal yang sama
juga terdapat pada kasus dormansi kuncup yang pertumbuhannya dikontrol
oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT. Sebagai contoh pada pertumbuhan
kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA pada kenyataannya
lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi pada
kuncup yang sedang tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada
penghambatan pertumbuhan tunas dorman.
Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai “ stress
plant growth hormon” yang membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi
yang tidak menguntungkan, misalnya pada saat tumbuhan mengalami
dehidrasi, ABA diakumulasikan di daun dan menyebabkan stomata menutup.
Hal ini walaupun mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan
terselamatkan dari kehilangan air lebih banyak melalui proses
transpirasi.
2.5. Etilen
Di awal abad 20, buah jeruk dan anggur diperam di dalam gudang yang
dilengkapi dengan kompor minyak tanah. Semula petani buah mengira bahwa
hawa panas itu yang mematangkan buah, tetapi dugaan tersebut tidak
terbukti ketika mereka mencoba metode baru menggunakan kompor yang
dilengkapi dengan pembersih (tanpa polusi) yang menghasilkan buah-buah
yang tidak cepat matang. Ahli biologi tumbuhan menduga bahwa pematangan
buah yang disimpan di dalam gudang tersebut sebenarnya berkaitan dengan
produksi etilen yaitu gas hasil pembakaran minyak tanah. Sekarang
diketahui bahwa tumbuhan secara alami menghasilkan etilen yang merupakan
ZPT yang berperan memacu penuaan termasuk pematangan buah.
2.5.1. Pematangan Buah
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan
melibatkan konversi pati atau asam-asam organik menjadi gula, pelunakan
dinding-dinding sel, atau perusakan membran sel yang berakibat pada
hilangnya cairan sel sehingga jaringan mengering. Pada tiap-tiap kasus,
pematangan buah distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam
ruang-ruang antarsel buah. Gas tersebut juga dapat berdifusi melalui
udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai contoh satu buah apel
ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah dalam satu lot. Buah akan
matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan di dalam kantung plastik
yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya tomat sering
dipetik ketika masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian
dimatangkan dengan mengalirkan gas etilen (Gambar 11). Pada kasus lain,
petani menghambat proses pematangan akibat gas etilen alami. Penyimpanan
buah apel yang dialiri dengan gas CO2 yang selain berfungsi menghambat
kerja etilen, juga mencegah akumulasi etilen. Dengan teknik ini buah
apel yang di panen pada musim gugur dapat disimpan untuk dijual pada
musim panas berikutnya.
2.5.2. Pengguguran Daun
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun pada setiap musim
gugur yang diawali dengan terjadinya perubahan warna, kemudian daun
mengering dan gugur adalah juga merupakan proses penuaan. Warna pada
daun yang akan gugur merupakan kombinasi pigmen-pigmen baru yang
dibentuk pada musim gugur, kemudian pigmen-pigmen yang telah terbentuk
tersebut tertutup oleh klorofil. Daun kehilangan warna hijaunya pada
musim gugur karena daun-daun tersebut berhenti mensintesis pigmen
klorofil.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui
daripada peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok dan
pengeringan daun. Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya
terlepas dari batang. Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi
yang merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima
berukuran kecil dengan dinding sel yang tipis dan lemah.
Setelah daun rontok, daerah absisi membentuk parut/luka pada batang.
Sel-sel yang mati menutupi parut untuk membantu melindungi tumbuhan
terhadap patogen.
Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan, termasuk panjang
hari yang pendek pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari
faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen
dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses
metabolisme daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen
yang dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel yang mulai
menghasilkan etilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi.
Selanjutnya etilen merangsang lapiasan absisi terpisah dengan memacu
sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.
Gugur daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah
kehilangan air melalui penguapan pada musim salju karena pada saat itu
akar tidak mampu menyerap air pada tanah yang membeku.
3. Aplikasi ZPT pada bidang pertanian
Seperti yang telah dibahas dimuka, ZPT sintetik sangat banyak
digunakan pada pertanian modern. Tanpa ZPT sintetik untuk mengendalikan
gulma, atau untuk mengendalikan pertumbuhan dan pengawetan buah-buahan,
maka produksi bahan makanan akan berkurang sehingga harganya akan
menjadi mahal. Disamping itu, muncul keprihatinan bahwa penggunaan
senyawa sintetik secara berlebihan pada produksi pangan akan menimbulkan
masalah lingkungan dan kesehatan serius. Sebagai conto dioksin, senyawa
kimia sampingan dari sintesa 2, 4-D yang digunakan sebagai herbisida
selektif untuk membasmi gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil.
Walaupun 2, 4-D tidak beracun terhadap mamalia, namun dioksin dapat
menyebabkan cacat lahir, penyakit hati, dan leukimia pada hewan
percobaan.
Sekarang ini, bagaimanapun juga, produksi bahan pangan secara organik
menjadi relatif lebih mahal. Persoalan penggunaan senyawa kimia
sintetik pada bidang pertanian melibatkan aspek ekonomi dan etika.
Haruskah kita teruskan memproduksi pangan yang murah dan berlimpah
dengan zat kimia sintetik dan masa bodoh terhadap masalah yang mungkin
muncul, atau haruskah kita melakukan budidaya tanaman tanpa zat kimia
sintetik berbahaya tetapi dengan menerima kenyataan bahwa harga bahan
pangan akan lebih mahal?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar