Indonesia diketahui mempunyai sekitar 120,35 juta ha hutan tropis, yang
paling besar nomor dua di dunia yang meliputi sekitar sepuluh persen
hutan tropis dunia. Indonesia juga dikenal sebagai negara biodiversity.
Indonesia mempunyai tidak kurang dari 4000 jenis kayu yang terbesar
disepanjang hutan, namun dari jumlah itu tidak lebih dari 200 jenis kayu
telah dikenal secara komersial diperdagangkan selama ini.
Saat ini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya bahwa
harga kayu semakin mahal. Kenaikan harga kayu atau produk olahan kayu
mungkin dirasakan sebagai suatu yang wajar karena banyak faktor yang
terlibat yang mendukung meningkatnya harga produk tersebut. Walaupun hal
tersebut dapat diterima, tetapi dapat dimengerti pula bahwa pasokan
kayu memang semakin menurun karena jenis kayu komersial produksi hutan
alam semakin habis dan belum dapat diganti sepenuhnya dengan hutan
produksi hutan tanaman. Akibatnya pasokan kayu akan berubah dari jenis
komersial ke jenis non komersial atau jenis kayu tak dikenal (Lesser know spesies) produksi hutan alam atau hutan sekunder serta jenis kayu yang ditanam oleh rakyat sebagai produk hutan rakyat.
Di pihak lain kenyataan menunjukkan bahwa 80 – 85 % kayu Indonesia
mempunyai keawetan yang rendah (kelas III – IV). Dengan kata lain
sebagian besar jenis kayu tersebut mudah terserang berbagai jenis
organisme perusak kayu.kenyataan ini ditunjang pula oleh letak geogarfis
Indonesia di khatulistiwa dengan iklim tropisnya yang memungkinkan
hadirnya berbagai jenis organisme perusak kayu seperti rayap, bubuk kayu
kering, jamur pelapuk. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa ancaman
kerusakan kayu di Indonesia sangan besar.
Tidak ada alasan untuk dapat menghindari terjadinya proses kemunduran
kayu dalam suatu bangunan dimana penyebab-penyebabnya dapat diatasi atau
dikendalikan. Kayu yang digunakan diluar atap berhubungan langsung
dengan tanah atau air laut akhirnya akan membusuk atau diserang oleh
pengebor-pengebor laut atau serangga. Tetapi umur pakainya dapat sangat
diperpanjang dengan perlakuan tepat. Untuk menghindari kemunduran dalam
bangunan-bangunan atau untuk memperpanjang umur bahan-bahan kayu yang
digunakan dibawah kondisi-kondisi yang berat, mereka yang menggunakan
produk-produk kayu harus memahami kondisi-kondisi yang dapat
berkembangnya kemunduran dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
Agen-agen biologis adalah penyebab utama kerusakan kayu, akibat dari
cendawan yang menyebabkan noda, pelunakan dan pembusukan;
pengebor-pengebor laut, terutama cacing-cacing laut dan kerang-kerang
laut kecil; serangga termasuk rayap, semut kayu; berbagai kumbang
pengebor kayu; dan bekteri yang menyebabkan pelapukan pada kayu yang
apabila lama terendam oleh air.
Deteriorasi Hasil Hutan
Menurut Tarumingkeng,
R, C (2000) Deteriorasi hasil hutan adalah semua proses dan akibat yang
menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil hutan. Terjadinya
deteriorsi hasil hutan diakibatkan oleh berbagai penyebab (causing agents), yaitu
karena faktor-faktor biologis (hama, penyakit) dan faktor-faktor fisik.
(Heygreen dan Bowyer, 1986) menambahkan deteriorasi merupakan penurunan
umur pakai kayu yang diakibatkan oleh pembusukan, noda-noda cendawan,
serangga-serangga, api dan pelapukan. Tidak ada alasan untuk dapat
menghindari terjadinya proses kemunduran kayu dalam suatu bangunan
dimana penyebabnya dapat dibatasi dan dikendalikan.
Bakteri
Bakteri
adalah jenis tumbuhan tingkat rendah yang tidak berhijau daun. Oleh
karena itu untuk hidupnya memerlukan bahan-bahan organik yang dihasilkan
oleh tumbuhan hijau. Jasad renik ini mempunyai kemampuan khusus untuk
berkembang pada liungkungan yang kurang oksigen. Beberapa jenis
diantaranya bahkan dapat hidup secara anaerobik. Knuht (1969) dalam
penelitiannya terhadap bahan-bahan dari kayu, telah menemukan 198 jenis
bakteri pada berbagai jenis kayu. Diantaranya dari genus Bacillus, Aerobacter, dan pseudomonas yang
biasanya hidup didalam tanah dan air (Tambunan dan Nandika, 1989).
Nicholas (1987) menyatakan bakteri ini masuk kedalam kayu bagian dalam
dengan jalan menembus sel yang satu ke sel yang lainnya melalui noktah
sel, setelah penghancuran membran sel.
Penetrasi Oleh Bakteri
Patogen mempenetrasi permukaan tumbuhan secara langsung melalui
lubanglubang alami, atau melalui luka. Bakteri umumnya masuk melalui
luka, jarang melalui lubang alami dan tidak pernah secara langsung.
Adapun virus dapat masuk melalui luka yang dibuat vektornya dan juga
melalui luka-luka mekanik yang disebabkan oleh alat-alat pertanian.
Proses penetrasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
- Penetrasi melalui luka, seperti semua bakteri
- Penetrasi melalui lubang-lubang alami, masuk melalui stomata, hidatoda, nektartoda dan lenti sel.
(Yunasfi, 2008).
Serangan Bakteri (Invasi)
Serangan
bakteri terhadap kayu biasanya terjadi bersama-sama dengan jamur
(Tambunan dan Nandika, 1989). Hunt dan Garrat (1986) menyatakan kedua
jenis jasad renik tersebut kemungkinan bekerjasama dalam penghancuran
kayu secara biologis. Bakteri mempunyai kemampuan dalam merusak selulosa
kayu dan juga mampu merusak jaringan-jaringan berlignin jika kondisi
lingkunagan memungkinkan. Kayu yang diserang oleh bakteri akan banyak
menyerap air dan kekuatan kayu akan berkurang. Pada prinsipnya serangan
bakteri menyebabkan daya ahorsi pada kayu menjadi tidak normal karena
rusaknya membran noktah dari sel-sel (Tambunan dan Nandika, 1989).
Bakteri dapat menyerang kayu yang terendam dalam air (termasuk air
laut) dan terkubur dalam tanah karena bersifat anaerob. Aktivitas
bakteri dapat ditunjukkan melalui lubang atau kerusakan pada membran pit
sapwood (gubal), erosi pada dinding sel, dan konsumsi isi sel parenkim,
yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas kayu (7-10 kali),
pengurangan kekuatan (keuletan, tekan, lengkung), pelunturan warna,
pelunakan permukaan, dan penyusutan (Nuryawan,2008).
Infeksi patogen yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada lubang
stomata yang dapat mempengaruhi laju asimilasi, karena terhambatnya
laju aliran CO 2 . Adanya perubahan dalam fiksasi CO 2 akan menyebabkan
terjadinya perubahan dalam aktivitas enzim-enzim yang berperanan dalam
proses fotosintesis dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam
metabolisme akumulasi asam amino dan asam organik dalam pelepasan gula
dan gula posfat (Yunasfi, 2008).
Air
Air
adalah substansi kimia dengan : satu molekul air tersusun atas dua atom
hidrogen yang terkait secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K
(0°C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti
garam-garam,gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik (Wikipedia, 2010).
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum
dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan
antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel
periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas,
sebagaimana hidrogen sulfida (Wikipedia, 2010).
Kayu
Kayu
sebagai bahan biologis tidak terdegradasi atau rusak karena
pengaruhwaktu tetapi karena faktor eksternal. Berbagai macam faktor
eksternal yang terdiri atas tumbuhan (bakteri, jamur), binatang
(serangga, binatang laut), iklim, mekanis, kimia, panas, dapat
menyebabkan degradasi dari penampakan, struktur, ataupun komposisi kimia
kayu (Tsoumis, 1991).
Pemencaran oleh Air
Air penting bagi penyebaran patogen dalam tiga hal; (1) Bakteri
nematoda dan spora, sklerotium dan bagian miselium fungi yang terdapat
dalam tanah disebarkan oleh air hujan atau air irigasi, (2) Bakteri dan
spora banyak jenis fungi terlarut ke dalam larutan yang dapat melengket
dan penyebarannya tergantung kepada air hujan dan air irigasi, (3)
Butir-butir hujan yang jatuh atau air irigasi yang disemprot dari atas
akan mengambil spora fungi dan bakteri yang terdapat di udara (Yunasfi,
2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar