Pada umumnya pembangunan jalan Indonesia, terutama daerah-daerah, dikerjakan secara sederhana dengan menggunakan tenaga dan peralatan seadanya, sehingga jalan tersebut tergolong dalam konstruksi jalam merah. Hal ini disebabkan karena terbatasnya:
- Biaya yang tersedia
- Peralatan yang ada
- Tenaga-tenaga ahli, terlatih dan terdidik
- Fasilitas labotatorium
Namun demikian hasilnya akan cukup memuaskan andaikata diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
- Memilih sistem konstruksi paling aman
- Memilih sistem pelaksanaan yang baik
- Selalu mengikuti perkembangan lalu lintas
- Mengadakan pemeliharaan yang intensif
(Soedarsono, 1987).
Penentuan
lokasi jalan merpakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang dlakukan
setelah tahapan perencanaan (planning) dan sebelumnya tahap perancangan
(design) suatu jalan. Seorang perencana menetapkan kebutuhan akan jalan
ddalam suatu daerah, sedangkan seorang ahli rekayasa jalan akan
merancang secara terperinci bentuk jalan berdasarkan kondisi di lapangan
dan dengan menggunakan standar-standar perencanaan titik-titik yang
harus dihindari (milling point). Penentuan lokasi jalan adalah penentuan
koridor terbaik antara dua titik yang harus dihubungkan dengan juga
mempertimbangkan lokasi-lokasi yang harus dihindari. Koridor dapat
didefinisikan sebagai bidang memanjang yang menghubungkan dua titik. Sedangkan
trase jalan adalah seri dari garis-garis lurus yang merupakan rencana
dalam sumbu jalan. Dalam penentuan lokasi jalan, terdapat dua kegiatan
yaitu : Tahap pertama adalah studi penyuluhan untuk menentukan koridor
yang memenuhi syarat dan Tahap kedua adalah meliputi suatu tinjauan yang
lebih mendalam dari alternatif-alternatif koridor yang telah
diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Hasil dari tahapan ini merupakan
suatu rancangan dalam koridor terbaik (Budiman, 1996).
Jalan hutan berfungsi sebagai prasarana pengawasan., pengangkutan
bibit, material dan hasil hutan. Dalam pemungutan hasil hutan sistem
jaringan merupakan hasil dari pada ekonomi pemanenan hasil hutan.
Praktek pembuatan jalan hutan dapat bervariasi dalam suatu tempat ke
tempat lain bergantung dari banyak factor-faktor seperti keadaan medan
kerja, peralatan yang digunakan, intensitas perlakuan terhadap jalan dan
sebagainya yang perlu dalam pembuatan jalan ada keseimbangan kondisi
kemiringan dan lebar. Jalan mempengaruhi kemampuan efektif truk angkutan
selain itu bahwa belokan yang lebar dan pandangan pengemudi ke depan
jauh sehingga dapat memperlancar kesiapan pengangkutan (Elias, 1995).
Kelengkapan jalan transportasi seringkali dapat dijadikan tolak ukur
tingkat kemajuan suatu wilayah, yang paling jelas adalah bahwa semakin
baik jaringan transportasi di suatu wilayah tersebut. Sesuai dengan
perannya dalam pembangunan ekonomi, jaringan transportasi juga dapat
menilai pembangunan, sehingga pembangunan jaringan transportasi,
khususnya jalan mendapat perhatian yang cukup tinggi. Namun, seperti
juga rencana pembangunan lainnya, pembangunan jaringan transportasi
harus direncanakan secara baik dan salah satu aspek dalam merencanakan
pembangunan jaringan transportasi adalah aspek rekayasa, khususnya
rekayasa jalan (Mayer dan Gibson, 1984).
Dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometriknya harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga jalan tersebut dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada kegiatan lalu lintas sesuai dengan fungsinya. Ada 3 jenis
klasifikasi dalam medan bidang kehutanan, yaitu datar, pembukitan dan
pegunungan (Sunggono, 1984).
Adapun tujuan dari pembuatan trase jalan ini adalah :
- Praktikan mengerti cara pembuatab trase jalan (garis rencana jalan)
- Praktikan mampu membuat trase jalan
- Praktikan dapat membuat persen masing-masing helling
Penempatan titik kontrol untuk memperlihatkan sumbu route yang telah
ditentukan diatas kertas hanya dengan garis-garis lurus adalah lokasi
persilangan garis-garis lurus tersebut dan titik-titik perpanjangan
garis lurus. Titik awal dan titik akhir suatu jalan raya dinyatakan
hanya dengan garis-garis lurus yang ada pada titik silang. Titik-titik
ini sebaiknya ditempatkan dengan triangulasi atau pengukuran
jaring-jaring berdasarkan masing-masing titik kontrol pendahuluan yang
berisikan route rencana, maka ditempatkan titik-titik pemanjangan garis
lurus darimana kedua titik dapat dilihat (Gayo, 2005).
Proyek-proyek
besar atau lokasi-lokasi tertentu,penentuan lokasi jalan memang
pekerjaan yang rumit dan memerlukan bantuan dan ahli-ahli geotenik, ahli
pengukuran, ahli lalu lintas, ahli ekonomi, ahli biaya aau lingkungan,
ahli sosial dan sebagainya. Sementara itu pada rencana jalan yang
pendek, seringkali tidak terdapat banyak altenatif koridor tersebut
dengan skala 1:1000 atau 1:2000. Peta
ini digolongkan sebagai peta jalur (trip) karena bentuknya berupa
jalur. Lebar dari jalan yang dipetakan umumnya meliputi wilayah selebar
50 sampai 100 m. Gambar-gambar rancangan yang dipakai untuk konstruksi
dibuat diatas peta jalan ini, sementara untuk daerah disekitar lokasi
perpotongan dengan sungai dan pada daerah yang sulit umumnya digambar
pada peta dengan skala yang lebih detail (Budiaman, 1996).
Pada perencanaan trase jalan hutan hal yang paling penting harus
diperhatikan adalah persyaratan untuk teknik jalan hutan, yaitu
kemiringan lapangan memanjang jalan tidak boleh melewati 12 %,
sedapatnya lebih kecil dari 10 %. Semakin lurus jalan yang dibuat, maka
biaya jalan akan semakin murah. Adanya pembatas-pembatas atau kendaraan
di lapangan (misalnya kelerengan, tanah yang labil, tempat migrasi satwa
dll) menyebabkan pembuatan jalan yang lurus tidak sepenuhnya dapat
dilaksanakan. Di hutan terdapat areal yang harus dihindari areal /
kawasan tertentu yang dilindungi peraturan-peraturan perundang-undangan
misalnya kawasan lindung, kanan-kiri sungai, mata air dan areal yang
sangat curam. Pada jalan yang menanjak akan mempertingkat masa pakai /
life time alat (misalnya masa pakai truk 10 tahun menjadi hanya 5
tahun). Jalan yang terlalu menanjak juga akan meningkatkan biaya operasional (biaya mesin, BBM(Bahan Bakar Minyak) atau oil, pemeliharaan dan perbaikan alat (Herwiyono, 1994).
Kegunaan dan pembuatan belokan / busur lingkaran di lapangan adalah
untuk membuat jalan raya, jalan kreta api, salran air untuk pengairan
dan sebagainya. Apabila route sebuah rencana jalan raya yang tergambar
diatas kertas yang menurut rencana kerjanyaakan ditempatkan di lapangan,
maka pengukuran-pengukuran serta hal-hal lain yang dibutuhkan untuk
hal-hal ini adalah penempatan lokasi, titik silang dan titik-titik
perpanjangan garis lurus ataupun titik belokan, sifat datar profil dan
putaran melintang, serta pengukuran topografi. Penempatan titik-titik
kontrol di lapangan untuk memperlihatkan sumber-sumber route yang telah
ditentukan diatas kertas, masing-masing adalah titik awal dan akhir
suatu rencana jalan raya. Pembuatan titik belokan ini sangat membantu si
Pembuat jalan, karena apabila kita telah menentukan titik belokan
pengukuran dibuat diatas kertas, maka si Pembuat jalan bisa dengan cepat
membuat jalan tersebut (Simon, 1987).
Belokan diberi nama sesuai dengan panjang jari-jarinya. Lengkungan
dapat juga diberi nama sesuai dengan derajat kelengkungannya yang
didefinisikan sebagai banyaknya derajat yang berhadapan dengan pusat
suatu bus, lengkungan melalui titik yang sudah diketahui. Bila
menghadapi lengkungan yang panjang dan berjari-jari besar (lebih dari
100 m), pematokan harus dilakukan dengan menggunakan theodolit agar
didapat ketelitian yang diinginkan. Lengkungan berjari-jari kecil dapat
dipatok dengan cepat dan akurat harus dengan menggunakan pita ukur.
Prosedur umumnya (perancangan lengkungan) dilakukan dengan sudut
belokan. Lengkungan melingkari dipasang dengan sudu-sudut belokan yang
penting dan tali busur, simpangan tangen, simpangan tali busur, dan
koordinat tertentu (Meyor dan Gibson, 1984).
Dalam pembuatan trase jalan kereta api, jalan raya dan saluran air
diperlakukan profil memanjang jalan yang dibuat pada sumbu atas jalan
yang diperlukan untuk menghitung timbunan. Masalah pokok dalam pembuatan
analisis penentuan distribusian adalah penentuan lokasi dari
penstasiunan titik-titik profil keseimbangan antara galian sama dengan
timbunan dengan penyusutan yang diperbolehkan. Pada pekerjaan membuat
titik-titik keseimbangan (balance)
yang utama di dapat dengan membuat titik-titik yang terpisah dari
galian-galian dan timbunan-timbunan yang telah di koreksi titik
keseimbangan ditentukan letaknya dimana kedau sub total adalah sama
dengan nilai-nilai yang dimiliki titik koreksi (Kartasapoetra,1991).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar