Adapun yang melatarbelakangi penulis melakukan percobaan ini agar mengetahui bahwa belokan merupakan unsur utama yang tidak lepas dalam kehidupan maniusia sehari-hari. Tikungan jalan, belokan rel kereta api dan pinggiran sungai merupakan hal nyata yang dapat kita bayangkan atau kita lihat. Maka, tidaklah salah kalau kita sebagai mahasiswa setidaknya mengetahui proses pembuatannya. Belokan tiidak bias dibentuk oleh satu atau dua titik saja, namun harus lebih dari itu. Belokan pada umumnya berbentuk lengkungan yang tidak selalu mampu menghubungkan titik yang satu dengan yang lain. Belokan memiliki sudut. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu belokan diantaranya sudut azimuth titik belokan, titik bidik, titik utama, panjang tali busur, titik-titik detail, banyak titik detail dan sudut detail.
Pembuatan
busur lingkaran di lapangan dijumpai pada waktu membuat jalan raya,
jalan kereta api, saluran air untuk pengairan dan sebagainya. Busur
lingkara digunakan untuk menghubungkan dua arah yang berpotongan, supaya
perpindahan dari arah pertama kea rah kirinya berjalan dengan lancar.
Dari busur lingkaran ini akan ditentukan titik-titiknya dengan jumlah
yang cukup, hingga letak busur lingkaran itu di lapangan dapat dibuat
dengan jelas. Di lapangan harus ditentukan lebih dahulu dengan piket dua
garis yang harus dihubungkan dengan busur lingkaran, misalnya
garis-garis AB dan CD. Selanjutnya harus diketahui jari-jari R busur
lingkaran (Wongsotjitro, 1985).
Garis
sumbu terdiri dari bagian yang lurus dan belok pada bagian yang
membelok. Bagian yang membelok terdiri dari bermacam-macam jenis belokan
tetapi dapat dibagi menjadi tiga tipe utama belokan, yaitu:
1. Belokan datar
2. Kurva vertikal
3. Belokan profil melintang
Dahulu
belokan-belokan datar dibentuk oleh garis-garis lurus dan belokan
melingkar sederhana. Pada saat ini belokan yang digunakan adalah tipe
belokan melingkar sederhana dan belokan-belokan tertutup (Gayo, 2005).
Di
Inggris, lengkungan diberi nama sesuai dengan panjang jari-jarinya.
Karena umumnya pada keleluasaan dalam pemilihanjari-jarinya biasanya
merupakan kelipatan 50m. lengkungan dapat diberi nama sesuai dengan
derajat kelengkungannya yang didefinisikan sebagai banyaknya derajat
yang berhadapan dengan pusat suatu busur yang panjangnya 100m. Derajat
kelengkungan dinyatakan sebagai bilangan derajat bulat (Irvine, 1995).
Definisi-definisi
permukaan datar dan garis horizontal , jelas bahwa garis horizontal
memisah diri dari permukaan datar karena adanya kelengkungan bumi.
Pengaruh biasan yang dapat membuat objek kelihatan lebih tinggi dari
pada sebenarnya (dan karenanya menyebabkan pembacaan rambu terlalu
kecil) dapat diingat dengan memperhatikan apa yang terjadi bila matahari
ada di horizon. Garis tengah kira-kira 32 menit, kira-kira sama dengan
biasan rata-rata pada bidikan horizontal. Penyimpangan akibat biasan itu
berubah-ubah. Besarnya tergantung pada kondisi atmosferik, panjang
garis dan sudut antara garis bidik dengan arah vertikal. Untuk bidikan
horizontal berlawanan arah (Brinker, 1986).
Adapun tujuan dari Pembuatan Belokan adalah
untuk menghubungkan dua garis yang saling berhubungan sehingga
perpindahan jalur yang satu dengan yang lain dapat berjalan lancar.
Titik
pusat P lingkaran tidak dinyatakan di atas lapangan lapangan, karena
itu tidak dapat digunakan. Untuk menentukan titik-titik yang letak di
atas busur lingkaran, cukuplah bila telah diketahui dua garis AB dan CD
yang dinyatakan oleh piket-piket A, B, C, D dari jari-jari R ditentukan
untuk jalan raya dan jalan kereta api berhubungan dengan kecepatan
kendaraan melalui busur lingkaran, sedang jari-jari R ditentukan untuk
saluran air dan sebagainya berhubungan pula dengan kecepatan air yang
harus disalurkan dengan busur lingkaran. Untuk dapat menentukan tempat
titik S dapat menentukan tempat titik sebagai titik potong garis-garis
AB dan CD, buatlah dengan cara yang telah diketahui. Titik-titik E dan F
yang letak pada garis AB dan titik-titik G dan H letak kira-kira tidak
jauh dari titik S yang dicari dan jarak EF dan GH tidak lebih besar
daripada panjang pegas ukur lainya melalui titik-titik G dan H. Dengan
demikian titik S dapat dengan mudah ditentukan (Wongsotjitro, 1985).
Unsur
belokan melingkar sederhana merupakan unsur belokan yang terbentuk
secara sederhana. Adapun unsur belokan sederhana tersebut adalah sebagai
berikut.
AB = S = Panjang busur
AB = l = Panjang kord (garis yang menghubungkan ujung-ujung belokan)
R = Jari-jari
I = Sudut persilangan
AB = BC= t = Panjang tangent P.GS
σ = Sudut lenturan
ED = Ordinat tengah
CD = Scans luar.
Hubungan unsur-unsur tersebut di atas adalah sebagai berikut.
AB = l = 2 R sin θ/2
AB = S = R θ rad
CD = R (sec ½ - 1)
DE = R (1 – cos I/2)
t = AC- R tan I/2 (Gayo, 2005).
Sering terjadi di lokasi bahwa titik-titik berpotongan tidak dapat
ditempati karena beberapa rintangan. Posisi relatif tangen AI dan IB
harus didapat dengan mengukur poligon diantara keduanya. Kondisi tanah
untik mengukur permukaan akan menentukan rute poligon. Poligon yang
paling sederhana diantara tangen-tangen itu adalah satu garis lurus
antara dua stasiun C dan D. sudut ACD dan CDB diukur bersama-sama dengan
jarak AC dan CD. Penjarak dari C dengan demikian dapat diketahui. Tiga
tangen harus dihubungkan oleh lingkaran bundar, jari-jarinya tidak
diketahui dan harus dihitung. Syarat yang harus dipenuhi, yaitu bahwa
setiap tangen harus menyinggung lingkaran jari-jari R. Masalahnya cukup
sederhana jika hanya mempertimbangkan tangent AB dan BC saja. Beda
Tinggi (BT) merupakan panjang tangent yang sama, yang disampingkan
dengan sudut θ. Maka BT1 = BT2 = R tan θ/2. dengan memperhatikan tangent BC dan CD saja (Irvine, 1995).
Luas bidang tanah yang satu sisi batasnya berbentuk lengkung dapat
ditemukan dengan jalan membagi dua bagian: sebanyak ABCDEFGA, dihitung
dengan sektor EFG. Jari-jari R = EG = FG dan salah satu sudut pusat EFG
dapat dihitung. Jika R dan sudut pusat θ diketahui, maka luas sektor EFG= π R2 x (θ0/3600). Jika panjang tali busur EF diketahui, sudut θ
= arc sin (EF/ 2R) dan persamaan sebelumnya dipakai untuk menghitung
dengan DMD atau metode koordinat. Sebagai keseragaman, panjang dan arah
tali busur EF dapat dihitung dan luas segmen EF ditambahkan pada luas
ABCDEFA, dan sudut XFE sama dengan setengah sudut EGF. Sebuah poligon
dapat digambarkan menurut skala, dibagi-bagi menjadi beberapa segitiga,
sisi-sisinya diukur dan luasnya dicari. Metode ini tidak seteliti
hitungan memakai pengukuran di lapangan, tetapi prosedurnya berguna
untuk tujuan-tujuan pengecekkan (Brinker, 1995).
Posisi
titik pada bidang proyeksi dinyatakan dengan koordianat siku-siku
bidang datar (x,y). x (sudut absis) merupakan jarak titik terhadap sumbu
x. sumbu y dari system koordinat tersebut merupakan proyeksi garis
meridian terpilih (disebut meridian tengah atau center meridian) yang
bentuknya berupa garis lurus, sedangkan sumbu x-nya merupakan proyeksi
garis meridian terpilih (disebut garis lurus yang berpotongan secara
tegak lurus terhadap sumbu y di titik 0 (nol)). Pada umumnya dalam
sistem proyeksi conform, lengkungan meridian, lingkaran paralel, dan
garis geodetic akan diproyeksikan pada bidang datar dalam bentuk
lengkung pula( kecuali proyeksi meridian tengah yang berbentuk garis
lurus), tetapi untuk system proyeksi tertentu( misalnya pada proyeksi
mercator) garis-garis lengkung tersebut diatas akan diproyeksikan
menjadi garis-garis lurus. Untuk memberika gambar yang lebih jelas
tenteng hal tersebut diatas. Indonesia telah mengenal dan mempergunakan
berbagai system proyeksi peta, yang hingga saat ini sistem proyeksi
tersebut masih dapat dijumpai dalam beberapa lebar pada system proyeksi
Lambert atau di negara Indonesia dikenal dengan sebutan proyeksi
Polyeder, dan proyeksi Universal Transvere Mecator (Subagio, 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar