Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang terdiri atas sel tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang unik. Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap volumenya. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu proporsi volume rongga kosong. Sekeping kayu segar dari cemara dengan kerapatan 23,4 pon bahan kayu kering/kaki kubik berisi kira-kira 25 % bahan dinding sel dan 75% rongga (terutama rongga sel) menurut volumenya. Sebaliknya, white oak dengan kerapatan 46,8 pon kering/kaki kubik mempunyai volume rongga kira-kira 50%. Apabila membicarakan kayu, sangat membantu untuk membayangkan volume rongga yang ada hubungannya dengan itu. Orang dapat memahami mengapa suatu balok yang berisi 50% volume rongga akan bertahan terhadap pemampatan jauh lebih besar daripada suatu balok dari spesies yang berbeda dengan 75% rongga (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Berat
jenis kayu adalah salah satu sifat fisika kayu yang paling penting.
Kebanyakan sifat mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan
kerapatan. Di dalam bahasan-bahasan umum istilah berat jenis dan
kerapatan sering digunakan secara campur aduk. Namun, seperti yanga akan
dibahas kemudian istilah-istilah ini mempunyai arti yang tepat dan
berbeda meskipun keduanya mengacu pada konsep yang sama. Kekuatan maupun
kekakuan kayu naik dengan berat jenis. Ciri transmisi panas kayu naik
dengan berat jenis seperti halnya panas per satuan volume yang
dihasilkan dalam pembakaran. Kelakuan penyusutan dan pengembangan kayu
juga terpengaruh, meskipun hubungannya tidak begitu langsung seperti
halnya sifat-sifat kekuatan. Sifat-sifat fisik lainnya adalah kadar air,
kembang susut dan kekuatan kayu (Dumanauw, 1993).
Kayu
merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat
ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk salah
satu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu.
Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari
pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang
tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat
dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis
yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal
(Budianto, 2000).
Perlakuan
pengembangan dan penyusutan kayu juga berpengaruh, meskipun hubungannya
tidak begitu langsung seperti halnya sifat-sifat kekuatan. Sangat
mungkin untuk dipelajari lebih lanjut banyak mengenai sifat alami contoh
uji kayu dengan menentukan berat jenisnya dari setiap pengukuran
tunggal yang lain. Barangkali karena alasan ilmiah inilah bahwa berat
jenis adalah sifat pertama yang harus diteliti (Setyamidjaja, 1995).
Sifat-sifat
fisikomekanik kayu ditentukan oleh tiga ciri: (1) porositasnya atau
proporsi rongga volume rongga, yang dapat diperkirakan dengan mengukur
kerapatannya; (2) organisasi struktur sel, yang meliputi struktur mikro
dinding sel dan variasi serta proporsi tipe-tipe sel- organisasi
struktur sel terutama merupakan fungsi spesies; dan kandungan air
(Duljapar, 2001).
Adapun
tujuan dari Determinasi Zat Kayu untuk
mengetahui dan menentukan berat jenis zat kayu dari beberapa jenis serta
mengevaluasi nilai berat jenis zat kayu yang dihasilkan.
Kayu
memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara minimal 0,20
sampai berat jenis 1,28. berat jenis merupakan petunjuk penting bagi
aneka sifat kayu. Semakin berat kayu itu, umumnya semakin kuat pula
kayunya. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel,
kecilnya rongga sel membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari
perbandingan antara berat suatu volume kayu tertentu dengan volume air
yang sama pada suhu standar. Umumnya berat jenis kayu ditentukan
berdasarkan berat kayu kering tanur atau kering udara dan volume kayu
pada posisi kadar air tersebut Semua kayu mempunayi berat jenis zat kayu
1,50 ; 1,53 secara teoritis tidak sama dengan rongga selnya (Dumanauw,
1993).
Banyak
faktor seperti tempat tumbuh, iklim, lokasi geografis, dan spesies
mempengaruhi berat jenis suatu kayu. Karena banyak dari faktor-faktor
ini terjadi dalam kombinasi, sukar untuk melepaskan pengaruh-pengaruh
yang bebas. Terdapat banyak pustaka ilmiah yang membicarakan
hubungan-hubungan ini, yang secara tidak konsisten menunjukkan
kompleksnya interaksi diantara faktor-faktor ini. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan tempat seperti kelembaban, tersedianya matahari dan
zat-zat makanan, angina dan suhu yang dapat mempengaruhi berat jenis.
Hal ini sebagian besar ditentukan oleh tinggi tempat, aspek, kemiringan,
garis lintang, tipe tanah, komposisi tegakan dan jarak tanam. Semua
faktor ini dapat mempengaruhi ukuran dan ketebalan dinding sel serta
kerapatan. Tetapi spesies sangat berbeda dalam kepekaan terhadap
faktor-faktor ini (Budianto, 2000).
Perincian
dari fisik kayu yaitu mengenai kerapatan dan berat jenis digunakan
untuk menerangkan massa suatu bahan per satuan volume. Ciri-ciri ini
umumnya digunakan dalam hubungannya dengan semua tipe bahan. Kerapatan
didefinisikan sebagai massa per satuan volume. Hal ini biasanya
dinyatakan dalam pon per kaki kubik atau kilogram per meter kubik. Berat
jenis merupakan perbandingan berat jenis bahan dan berat jenis air
(Setyamidjaja, 1995).
Banyaknya
zat ekstraktif dalam kayu bervariasi kurang dari tiga sampai lebih dari
30% berat kering tanur. Jelaslah kehadiran bahan-bahan ini dapat
mempunyai pengaruh besar pada kerapatan. Dalam sejumlah spesies termasuk
spesies pinus, telah ditunjukkan bahwa adanya zat ekstraktif memberi
pengaruh nyata pada variabilitas yang diteliti dalam berat jenis. Dalam
perkataan lain berat jenis kayu dengan zat ekstraktif dimasukkan (Pandit
dan Ramdan, 2002).
Perhitungan
berat jenis banyak disederhanakan dalam sistem metrik karena 1 cm3 air
beratnya tepat 1 gr. Jadi, berat jenis dapat dihitung secara langsung
dengan membagi berat dalam gram dan volume dalam cm3 dan dengan angka, kerapatan (ρ)
dan berat jenis (BJ) adalah sama. Namun, pada berat jenis tidak
mempunyai satuan karena berat jenis adalah nilai relative. Pada
jenis-jenis kayu dengan berat jenis rendah, kadar air 18% sudah mencapai
kondisi kering udara. Di daerah iklim tropis kadar air seimbang dalam
ruangan kurang dari 10%, sedang di luar ruangan lebih dari 20%. Dengan
ruang ber-AC kadar air seimbang kurang dari 10% demikian juga ruangan
yang dilengkapi dengan pemanas (Duljapar, 2001).
Setiap
jenis kayu mempunyai berat jenis yang berbeda, berkisar antara minimum
0,2 (kayu balsa) hingga 1,28 (kayu nani). Berat jenis merupakan petunjuk
penting bagi aneka sifat kayu. Makin besar jenis kayu, umumnya makin
kuat pula kayunya dan semakin kecil berat jenis kayu, akan berkurang
pula kekuatannya. Kemungkinan kondisi kayu yang dipakai untuk menyatakan
berat jenis adalah:
Volume
basah, yaitu volume dimana dinding sel sama sekali basah atau jenuh
dengan air atau berada pada kondisi titik jenuh serat atau di atasnya.
Volume pada keadaan seimbang, yaitu kayu pada kondisi air dibawah titik jenuh serat.
Volume kering tanur, yaitu kondisi berst konstan setelah dikeringkan dalam tanur pada suhu (103 + 2)0C
(Haygreen dan Bowyer, 1982).
Berat
jenis kayu adalah perbandingan berat kayu terhadap volume air yang sama
dengan volume kayu tersebut dengan menggunakan berat kayu kering
sebagai dasar. Faktor tempat tumbuh dan iklim, letak geografis dan
spesies dapat berpengaruh terhadap berat jenis, demikian pula letak
bagian kayunya berpengaruh terhadap berat jenis kayu (Kasmujo, 2001).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar