Pada
umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data ilmiah yang
terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai
tanda-tanda dan keterangan-keterangan, sehingga mudah dibaca dan
dimengerti. Jadi peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang
dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal yang
bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah.
Peta dapat memberikan gambaran mengenai atmosfir,mengenai kondisi
kondisi permukaan tanah, mengenai keadaan laut ,mengenai bahan yang
membentuk lapisan tanah dan lain-lain. Adapun pete-peta yang memberikan
gambaran mengenai hal-hal tersebut di atas, berturut-turut disebut peta
meteorology, peta permukaan tanah, peta hidrografi, peta geologi dan
lain-lain yang kesemuanya adalah peta dalam arti yang luas.
Peranan
peta sebagi landasan dasar pekerjaaan pengukuran adalah sangat penting.
Dalam rangka kegiatan teknik sipil, maka peta topografi yang seksama
adalah sangat penting. Dalam rangka teknik sipil, maka peta topografi
yang seksama adalah merupakan data dasar yang harus tersedia agar dapat
dilakukan perencanaan serta pembuatan rencana teknisnya. Demikian pula
dengan kegiatan-kegiatan lainnya seperti pembuatan rencana tata guna
tanah, peta merupakan data yang mutlak diperlukan. Selain itu dalam
perhitungan volume pekerjaan tanah, baik timbunan maupun galian
diperlukan adanya peta.
Apabila
suatu kegiatan dalam rangka pembangunan yang bersifat teknik sipil
dilaksanakan pada suatu daerah yang luas, yang biasanya dirangkum dalam
rangka rencana pengembangan wilayah, maka peta tofografi serta data
pengukuran lainnya merupakan data yang sangat vital.Sejak dari penjualan
permulaan hingga tahap pelaksanaan proyek-proyek yang bersangkutan,
pemetaan dan pengukuran adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat
dihindari. Jadi pemetaan dan pengukuran adalah suatu unsur kegiatan yang
tak dapat dipisahkan dari pekerjaan-pekerjaan teknik sipil.
Untuk
rencana teknis pendahuluan, biasanya dilaksanakan pekerjaan pengukuran
yang dikenal dengan pengukuran terpakai, yatu suatu pekerjaan pengukuran
lokal yang diperlukan umtuk perencanaan atau perencanaan teknis. Hasil
pengukurannya langsung diplott pada peta skala besar yang sudah tersedia
dan dapat digunakan sebagai peta perencanaan atau bahkan gambar
rencana.
Pengukuran
terpakai adalah semua pengukuran yang dikerjakan berdasarkan data titik
kontrol yang telah ada dan berdasarkan peta hasil pengukuran detail.
Dengan demikian, ketelitian dari hasil pengukuran terpakaii yang umumnya
merupakan peta skala besar seluruhnya tergantung dari
pengukuran-pengukuran yang telah dikerjakan sebelumnya.
Jadi,
perlu diadakan praktikum tentang analisis peta agar kita mendapat
pengetahuan tentang bagaiman mengelola gambar yang ada di dalam suatu
peta.
Dalam pembuatan peta dasar, pertama-tama yang harus diperhatikan adalah
efisiensi. Jadi metode yang dipilih haruslah dengan mempertimbangkan
faktor utama tersebut yaitu efisiensi yang tentu saja disesuaikan dengan
persyaratan untuk peta yang akan dibuat. Dalam pembuatan peta dasar,
perhatian haruslah pula dicurahkan pada cara-cara melakukan penggambaran
seperti penintaan manskrip, pengkalkiran, penulisan, penempelan dan
lain-lain. Dalam hal ini penintaan dan pengkalkiran dilakukan tanpa
menggunakan cara-cara stempel atau cetakan(Sasrodarsono, 2005).
Ketelitian peta mencakup kesalahan-kesalahan akibat serangkaian
pengukuran, kesalahan plotting data pengukuran, kesalahan yang umumnya
terjadi pada saat penggambaran simbol-simbol dan lain-lain. Mengingat
kesalahan-kesalahan yang disebabkan pengukuran dan plotting telah
diuraikan, maka dibawah ini memberikan uraian kesalahan yang terjadi
pada saat penggambaran peta. Kesalahan yang disebabkan oleh alat-alat
penggambaran seperti ketebalan pensil, kesalahan pada penyimpangan
penempatan mistar pengaris dan lain-lain sedapat mungkin disesuaikan
agar besarnya tidak melebihi 0,2 mm (Sasrodarsono, 2005).
Supaya kita dapat melakukan pengukuran dengan lebih mudah kita harus
mengambil gari yang lurus yang memotong suatu gambaran kualikatif dan
kuantitatif mengenai keadaan lapangan (areal hutan) merupakan instrument
pembantu yang sangat penting dalam merencanakan pembukaan wilayah hutan
(PWH), merencanakan alat atau mesin yang akan dipakai dan memperkirakan
kesulitan/masalah yang akan dihadapi . Di dalam klasifikasi lapangan
dari segi kehutanan dikenal suatu sistem kelas lapangan yang berlaku
umum, yang tidak tergantung dari alat pemanenan hasil hutan (
wongsoetjitro, 1998).
Pada hakikatnya, permukaan bumi bukanlah merupakan bidang datar, akan
tetapi berbentuk elips yang mendekati bentuk sporis, yaitu bidang sporis
yang terbentuk akibat perputaran bumi mengelilingi sumbunya. Sehubungan
dengan bentuk kulit bumi yang demikian itu, maka telah ditetapkan salah
satu karakteristik tertentu untuk permukaan bumi tersebut yaitu
perpotongan anatara permukaan bumi dengan bidang datar yang melalui
sumbu bumi disebut meridian atau garis bujur. Skala dalam pembuatan peta
adalah besarnya reduksi yang diambil untuk peta yang dibuat terhadap
areal permukaan bumi yang sesungguhnya, yaitu perbandingan jarak antara
dua buah titik pada peta terhadap jarak antara kedua titik tersebut pada
keadaan yang sebenarnya. Skala umumnya dinyatakan dalam bentuk angka 1
yang dibagi dengan angka tertentu dibelakang yang merupakan bilangan
dengan angka 1 sebagai pembilang (Wirshing , 1995).
Peta 1 : 25000 dapat dianggap sebagai peta terkecil yang berguna bagi
perencanaan pembangunan. Peta dengan skala tersebut cukup menyenangkan
untuk digunakan sebagai dasar. Penting kiranya memperhatikan perbedaan
antara peta dan denah . Suatu denah akan dengan cermat memberikan
batasan lebar jalan, ukuran bangunan, dll. Dengan
kata lain, setiap ciri dinyatakan dengan tepat menurut skala .
Sebaliknya, peta hanyalah sesuatu yang mewakili , secermat apapun yang
digambarkan. Sebagai contoh, jalan desa yang berliku–liku hanya cukup
untuk dilalui satu mobil, berukuran hampir 1 milimeter pada peta 1 :
50000. Ukuran ini mewakili 50 meter, jauh melebihi lebar jalan
sebenarnya. Rincian pada peta ini ditunjukkan sesuai dengan skala, hanya
lebar jalan yang sempit yang ukurannya dibesarkan. Relief permukaan
diperlihatkan dengan garis kontur pada selang vertikal 10 meter di
daerah pegunungan dan selang vertikal 5 meter untuk daerah lainnya .
Kisi nasional ditumpangkan pada selang 5 km (Irvine, 1995).
Pada hakikatnya besar kecilnya skala akan menentukan ketelitian
gambar-gambar yang terdapat dalam peta yang bersangkutan. Pata dengan
skala yang lebih besar, memungkinkan penjelasan. Penjelasan yang lebih
mendetail untuk daerah yang dicakup dalam pemetaan. Sebaiknya peta
dengan skala yang lebih kecil, maka peta akan memerikan penjelasan yang
bersifat lebih umum dan beberapa penjelasan terpaksa harus dihilangakan,
karena kondisi-kondisi plamimetris dan tofografis haruslah dapat
dinyatakan dalam ukuran–ukuran simbol yang cukup besar untuk dapat
dibaca, akan tetapi dengan ukuran yang yang kecil dapat mencakup daerah
yang lebih luas
( Abdullah, 1993 ).
Proyeksi peta seperti yang telah diuraikan di atas, peta adalah sarana
guna untuk memperoleh imformasi mengenai keadaan permukaan bumi yang
erbentuk speris, akan tetapi diproyeksi pada bidang datar. Sebagai
bidang speris(permukaan sebuah bola) maka bola bumi dengan jari-jari +
6.370 km, adalah merupakan bola bumi dapatlah diangap sebagai bidang
datar. Sebagaii contoh, kesalahan relative yang diijinkan untuk
pengukuan jarak, yaitu selisih antara jarak yang diukur dengan
memperlihatkan kulit bumi sebagai bidang datar (Briker and Wolf, 1989).
Pada peta, bentuk-bentuk permukaan bumi yang perlu digambarkan yang
disesuaiakan dengan maksud pembuatan peta tersebut harus dipilih
berdasarkan skala yang diminta dan dinyatakan dalam bentuk gambar yang
mudah dibaca serta mudah dimengerti. Peraturan yang detail untuk
penentuan gambar-gambar dalam rangka pembuatan peta disebut simbol.
Bagaimana dan seberapa jauh gambar-gambar yang cocok disesuaikan maksud
pembuatan peta tersebut simbol-sibol haruslah direncanakan terlebih
dahulu, baik bentuknya, ukurannya, letaknya pada peta, warnanya, dan
lain-lain (Soejadi, 1980).
Skala peta merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kuanlitan dan kamunitas penyajian peta. Semakim besar skala suatu peta, akan semakin rinci dan semakin akurat data yang ditampilkan pada muka peta. Sebaliknya
semakin kecil skala peta akan semakin kurang rinci dan kurang akurat
data yang ditampilkan. Sebagai contoh pada peta skala 1: 1.000 bentuk
rumah dan pola jalan dapat disesuaikan sesuai dengan aslinya tetapi
bentuk diatas sudah mengalami generalisasi khususnya untuk pemetaan
tematik, disamping skala peta tingkat generalisasi ini juga dipengaruhi
oleh tujuan pemetaan sebab unsur-unsur tertentu dapat ditonjolkan (
Henrick, 1905 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar